Senin, 01 Oktober 2012

Tehnik Wawancara dan Strategi Bertanya


Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dalam tugas jurnalistik. Wawancara adalah proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik. 

TEKNIK WAWANCARA TERDIRI  DUA BAGIAN:
  1. Teknik verbal: memerlukan alat bantu hard ware yang diperlukan.
  2. Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.


 APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA MEMULAIWAWANCARA?
  1. Pertama-tama tanyakan pada diri Anda. Apa kegunaan dari wawancara, karena akan menentukan bentuk pertanyaan.
  2. Apakah Anda mencari informasi yang luas, pribadi dan profesional dari narasumber?
  3. Apakah Anda mencari informasi mengenai topik tertentu dari narasumber?
  4. Apakah Anda mencari reaksi atas sebuah berita yang sedang hangat?
  5. Apakah Anda bermaksud membongkar lebih banyak fakta tentang sebuah berita kontroversial yang melibatkan narasumber?


 JENIS-JENIS WAWANCARA:
  1. Man in the street interview. Cara ini dilakukan bila kita ingin mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang hendak kita angkat menjadi bahan berita.
  2. Casual interview (wawancara mendadak). Ini adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
  3. Personality interview, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap figur-figur publik yang terkenal, atau bisa juga terhadap orang-orang yang dianggap memiliki sifat/kebiasaan/prestasi yang unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
  4. News interview, yaitu wawancara dalam rangka memperoleh informasi dan berita dari sumber-sumber yang mempunyai kredibel


 PERSIAPAN WAWANCARA:
  1. Penentuan tema. Mengapa tema itu diangkat? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.
  2. Menentukan angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan


Untuk menentukan angle, cara yang termudah adalah
1.Membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis,
2.Tidak boleh melebar kemana- mana.
3.Susunlah outline: tema berita, angle, latar belakang masalah, siapa narasumber dan daftar pertanyaan

 TIPS WAWANCARA:
1. Harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
2. Pertanyaan diusahakan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti.
3. Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
4. Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
5. Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
6. Hindari gaya interogasi (seperti polisi)
7. Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
8. Tumbuhkan sifat empati dalam wawancara.
9. Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
11. Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif narasumber.
12. Jangan membuat jemu narasumber
13. Jaga penampilan
14. Tips ini mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.

LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN UNTUKMENGHINDARI KESALAHAN FAKTA:
  1. Tanyakan kembali nama dan nomor telepon narasumber.
  2. Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.
  3. Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka- angkanya dan menghitung.


WAWANCARA YANG BAIK:
  1. Lakukanpersiapan sebelum wawancara. Persiapan menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai dan sebagainya.
  2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat.
  3.  Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
  4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
  5.  Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
  6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
  7. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber “buka mulut”. Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
  8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
  9. Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian.
  10. Bagi seorang reporter baru, seperti pers kampus, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat rumahnya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia suka duduk dan sebagainya.


STRATEGI BERTANYA
BERTANYA VS MENCATAT
  1. Sebagai wartawan pemula anda mungkin melakukan duapekerjaan sekaligus : berbincang bincang dan mencatat; tentuakan sangat merepotkan. Namun hal tersebut jangan sampaimenganggu anda dalam berkosentrasi antara mengajukanpertanyaan dan menulis jawaban. Bila terlalu cepat, anda bisameminta narasumber mengulang pernyataan atau jawaban.Amblah beberapa informasi yang berguna. Terkadang andamemang akan mengunakan semua catatan. Tetapi, justru yanglebih sering, hanya sebagian cacatan yang bisa dipakai
  2. Seorang penulis yang percaya pada kemampuan mengingatmungkin akan menambahkan rincian atau komentar yangmereka ingat, tetapi tidak ditulis. Meskipun demkian, cara sepertiini sebaiknya dilakukan dengan hati hati, khususnya jikapandangan pandangan yang dikemukakan cenderungkontradiktif dan berpotensi menciptakan kasus pencemarannama baik. Tanpa cacatan atau kaset rekaman,wartawan/reporter hanya memiliki sedikit pembelaan diPengadilan.