foto by Pipih Utomo (Ma'arif Institute) |
Jakarta, 26 januari 2013. HMI Universitas Terbuka Komisariat FISIP dan
FE mengadakan bedah film dengan mitra Maarif Institute. Acara ini di mulai
sehabis sholat isya', di mulai dengan pemutaran film terlebih dahulu, para penonton
yang hadir begitu antusias melihat dan mengkaji apa yang ada di film tersebut,
terhitung lebih dari limah puluh peserta yang hadir, diantaranya dari setibang,
UBK, Yasri, STIE hidayatullah, STIE muhammadia, dan tentunya dari UT sendiri.
Di adakannya pemutaran film ini dengan tujuan untuk lebih membuka
wawasan dan pengetahuan tentang Radikalisme yang berkembang di kalangan
masyarakat, yang di akibatkan oleh pemikiran yang sempit, penafsiran agama yang
salah, maupun masalah-masalah sosial lain yang menyertainya. Hal itulah yang
mendorong HMI UT khususnya sebagai generasi muda intelektual yang harus
mempunyai tanggung jawab untuk membuka pola pikir masyarakat khususnya pada
anak muda agar tidak terjebak dalam pemikiran-pemikiran sempit, maupun penafsiran
tentang ajaran agama yang salah sehingga berujung pada tindakan radikalisme.
Total durasi film ini hampir 2 jam, film yang di sutradarai oleh
Garin Nugroho ini membuat takjup para anggota HMI yang hadir, mereka
memperhatiakan adegan demi adegan, dan setelah pemutaran film tersebut ada
pemaparan sedikit dari pihak maarif yaitu kakanda Pipit Aidil Fitriana
kebetulan beliau juga perna berkecipung dengan HMI cabang tangerang, kemudian
Khilmi Pribadi dengan panggilan akrabnya Hilmi, dan di moderatori Oleh Muhibullah
jamil atau yang di sapa Ulla .
Banyak yang dijelaskan oleh narasumber diantanranya " film mata
tertutup ini lebih menela'ah terhadap agama kita sendiri bahwa didalam agama
kita(islam) itu terdapat masalah" ucap saudara Hilmi kepadap audiens. memang
secara tegas kita harus mengakui bahwa didalam agama islam sendiri banyak
permasalahan yang terjadi, tetapi kita lupa akan hal itu, justru kita sering
melihat kesalahan-kesalahan agama lain.
Perspektif yang terlalu sempit untuk menela'ah setiap permasalahan
justru menjadi ujung tombak kepada diri kita sendiri. wawasan dan itelektual yang tinggi serta memehami dan mengikuti perubahan secara dinamis harus
kita aktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apa yang sudah di lakukan NII dan JI cuman sekedar hal dari banyak hal
yang membuat bangsa kita terpecah bela karna ke-egoisanya masing-masing.
kesadaran masyarakat akan keberagaman bangsa ini adalah kunci persatuan dan
kesatuan bangsa kita tercinta.
Sebagai generasi penerus bangsa kita harusnya lebih arif dalam melihat
setiap gejolak permasyalahan, terlebih kita adalah kader-kader HMI.
Husnul Yaqin